Halaman

Rabu, 15 Agustus 2012

Morning Greetings


oleh: Ayu Sagita Putri Pertiwi

Mentari yang terhalangi awan gembul, sementara langit disekitarnya meronakan oranye dan kuning dan sedikit magenta. Angin berhembus membawa udara dingin dan menguarkan aroma-aroma embun pagi bercampur wangi bunga sakura yang tercium samar.

Saat ini musim semi.

Musim dimana cinta tumbuh seiring dengan kelopak bunga bermekaran. Musim dimana kehidupan baru dimulai. Musim yang konon penuh dengan pertemuan-pertemuan yang telah ditakdirkan.

Aku menjejakkan kaki sembari memandangi lantai sekolah yang tersapu bersih, kemudian plafon, lalu ke ujung lorong yang gelap, menggumamkan reff lagu yang sedang menempel di otak. Hanya terlihat 5 orang di koridor dan belum banyak siswa yang terlihat di seluruh penjuru sekolah mengingat jam masih menunjukkan pukul tujuh tepat. Terlalu pagi. Lagipula, dinginnya musim semi akibat sisa musim dingin lalu benar-benar membuat orang malas untuk cepat-cepat keluar dari futon. Tapi aku menyukai sensasi dingin pagi di musim semi. Menembus tulang dan membuat segar mata. Lagipula hanya di pagi hari yang sepi seperti ini aku dapat mendengar decitan sepatu karet dengan lantai di koridor yang biasanya ramai.

Selain itu ada

“Oi, Sasahara! Ohayou!”

dia.

Bagai keindahan hujan kelopak sakura yang berguguran saat hanami, aku melihatnya melangkah setelah balas menyapa salam tadi. Pamuda itu menelusuri koridor dengan percaya diri seperti biasa dari arah yang berlawanan denganku. Rambut hitam yang mencapai kerah bergoyang seiring angin bertiup, headset di telinga, sweater abu-abu, muffler tebal di sekeliling leher, bahu bidang yang tegap. Mata hitam kecoklatannya memandang tajam seakan ingin menyerap seluruh eksistensi yang ada. Sesekali matanya sedikit menyipit kala ia membalas sapaan yang datang dengan senyuman tipis. Aku tertegun dan tanpa sadar memperlambat langkah. Kegugupan menjalari setiap inci tubuhku bahkan disaat jarak kami saja masih terpaut 25 meter. Aku benci perasaan ini.

Terburu-buru, kuambil note kecil di tas dan segera mengalihkan perhatian. Jangan salah tingkah, doaku dalam hati. Kuhembuskan nafas dan kembali mencoretkan penaku di atas note, menulis apapun yang bisa kutulis dengan tinta biru itu. Rumus alkena, materi klub sastra, nama latin burung gagak, hukum newton. Dan bisa kurasakan presensinya yang semakin mendekat dan mendekat. Dan tanpa kusadari lagi, jarak kami memang sudah dekat.

Kami-sama!

Spektrum cahaya, struktur jamur, trigonometri. Fokus, fokus, fokus.

Saat kudongakkan kepala, ia sudah ada tepat di depan dan hampir saja kutabrak. Sasahara-kun di depanku sekarang! Pandangan kami bertemu! Aku rasa jantungku berakrobat liar memompa seluruh darah ke kepala karena aku dapat merasakan panas yang tidak biasa pada pipiku.

O-ohayou, Sasahara-kun.

Dan sebelum Sasahara Shouhei angkat bicara, aku membungkuk cepat dan buru-buru masuk ke kelasku

Ohayou, Miou -san.

yang tepat di samping kelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar