Halaman

Kamis, 21 Maret 2013

Today is a Beautiful Day


oleh: Ayu Sagita Putri Pertiwi

“Apa yang akan terjadi jika lampu palang kereta api ini telah berkedip merah, tapi kita memaksakan diri untuk menerobosnya hanya demi perut lapar yang telah meronta-ronta?”
“Tentu saja kita bakal mati muda!”
Si gadis mengerucutkan pipinya kesal. “Dasar pesimis.”
Si pemuda menjulurkan lidahnya. “Dibanding terlalu optimis?”
Mereka pun saling membuang pandang.
Mentari yang berwarna keperakan memancar tepat di tengah langit biru yang tak terhalangi awan. Cahayanya menguarkan panas ke sepanjang jalan, menciptakan aroma khas aspal yang terbakar. Aa, bahkan terlihat bayangan fatamorgana saking panasnya. Wajar saja sih mengingat musim panas di Tokyo sedang dalam masa penghujung. Keadaan suhu sangatlah tinggi dan pengap jika di banding musim semi 3 bulan yang lalu. Gadis dan pemuda yang tengah berdebat tadi sama-sama mengusap dagu untuk menghalangi peluh yang mulai meluncur.
“Panaaaaaaasss!!!” ucap keduanya bersamaan. Detik kemudian mereka saling melempar pandangan tajam, dan membuangnya, bersamaan.
Palang pintu kereta di jalan itu masih tertutup, lampu merah di sisinya juga masih berkedip, bel khasnya juga masih berbunyi, tapi belum ada tanda-tanda kereta akan muncul.
“Kubilang juga apa. Lebih baik kita terobos saja!”
“Kau mau dikejar polisi lalu-lintas, heh?”
“Tidak ada polisi di siang yang kebakaran seperti ini.”
Si pemuda mendengus. Kesal sendiri dengan tingkah gadisnya itu.
Gadis itu menunduk memperhatikan pakaiannya. Tiba-tiba ia menyahut, “Kurasa aku ingin ke pantai. Ne, Sho-kun, ke pantai yuk!”
“Hah? Siang hari seperti ini? Kau sedang bercanda?” balas pemuda yang di sebut Sho tadi sambil menyipitkan matanya. “Lagipula kenapa pantai, sih? Bukannya disana makin panas?”
“Oh, ayolah-ayolaaaaah! Aku ingin sekali ke pantai sekarang. Disana pasti sejuk sekali anginnya!”
“Tidak mau! Demi Tuhan, ini tepat tengah hari dan aku yakin pasti kita akan jadi manusia bakar disana, nona Akari.”
Dan mereka pun kembali terdiam.
Kereta akhirnya lewat, membawa angin yang lumayan kencang tapi juga lumayan untuk menyejukkan di tengah panas yang menguar. Ada beberapa helai daun dan debu yang ikut terhempas membuat angin yang seharusnya menyenangkan itu jadi agak menyebalkan.
“Aa! Aku tahu! Bagaimana kalau kita sekarang ke pantai, dan sebagai gantinya akan kutemani kau kemana saja di lain hari. Bagaimana?” seru Akari akhirnya sambil melancarkan jurus puppy-eyesandalannya. Sho mendesah kesal.
“Tetap tidak.”
“Ugh, dasar menyebalkan,” Akari memutar bola matanya sinis, mengerucutkan mulutnya sebal. Palang pintu yang mulai terbuka membuat Akari buru-buru melangkah meninggalkan Sho di belakang. “Sho-chan no ahooo! Baa~ka! Chou hijiwaru! Huaaaaa!!!” teriak gadis itu kesal. Tanpa disadarinya, Sho tertawa kecil di belakang melihat tingkah kekasihnya yang kekanak-kanakkan.
Ne, Akari!” panggil Sho. Disertai hentakan kesal Akari berbalik.
“Apa?!”
“Baiklah kita ke pantai sekarang, tapi ada syaratnya.” Sho tersenyum misterius.
Akari yang tidak memperhatikan senyumnya itu hanya bisa menelengkan kepalanya dengan riang. “Syarat apa? Akan kulakukan! Oh Kami-sama, akhirnya kau buka juga pintu kebaikan seorangoni-Sho!”
Sho tidak menjawab. Dengan langkah tenang, pemuda itu berjalan menyusul Akari dan berhenti tepat di samping gadis itu.
“Syaratnya apa?”
Lagi-lagi ia tersenyum dan berbisik, “Cium aku,” yang langsung disambut dengan teriakan heboh dari Akari. Heh. Entahlah, kata itu dengan spontan keluar begitu saja dari mulutnya.
“HAAAAAAAAAAAAAAAA!!! DASAR MESUM!!” protes Akari keras seraya memukul bahu Sho. Sho semakin tertawa renyah, mengalungkan lengannya ke leher Akari.
“Aish kau! Awas saja kalau sekali lagi mengatakan hal yang tidak-tidak, aku lempar kau ke hadapan kereta! “ ketusnya seraya mendorong wajah Sho ke pinggir. Sho malah tertawa semakin keras dan puas.
Di penghujung musim panas yang menyebalkan, di temani peluh yang terus menerus jatuh melewati pelipis, dihiasi dengan angin panas yang berhembus bersama debu-debu.
“Jadi?”
“Apa?”
“Ke pantai?”
“A—apa?! Tidak! Lebih baik aku berguling sambil makan semangkan di rumah daripada harus mencium cowok jahat sepertimu, wee!!”
But today is surely a beautiful day, ne?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar